Dior Dior Dior

Gubernur Maluku Minta Warga 2 Desa yang Terlibat Bentrok Berdamai karena Kekerasan Hanya Melahirkan Luka

Dior

Gubernur Maluku Minta Warga 2 Desa yang Terlibat Bentrok Berdamai, Karena Kekerasan Hanya Melahirkan Luka

Apa Kabar Magelang Gubernur Maluku Murad Ismail, mengajak warga dari dua desa yang terlibat bentrok untuk segera berdamai dan mengakhiri segala bentuk kekerasan yang telah terjadi. Bentrokan yang terjadi antara Desa Waisamut dan Desa Latu di Kabupaten Seram Bagian Barat (SBB), Maluku, telah menimbulkan kerugian fisik dan emosional bagi banyak pihak. Gubernur Murad menekankan bahwa kekerasan hanya akan melahirkan luka, baik itu luka fisik, sosial, maupun psikologis, dan tidak ada manfaatnya bagi masyarakat yang terlibat.

1. Latar Belakang Bentrokan Antardesa

Bentrok antara warga Desa Waisamut dan Desa Latu dimulai beberapa pekan yang lalu akibat perselisihan tanah yang sudah berlangsung lama. Meskipun upaya mediasi telah dilakukan oleh pihak pemerintah daerah, ketegangan antara kedua desa terus meningkat hingga akhirnya meletus menjadi bentrokan terbuka yang mengakibatkan kerusakan properti, luka-luka, dan tertinggalnya sejumlah korban jiwa. Bentrokan tersebut mengguncang kehidupan masyarakat setempat, serta menimbulkan rasa takut dan trauma yang mendalam bagi warga yang tidak terlibat langsung dalam peristiwa tersebut.

Dior

Bentrokan ini menjadi perhatian serius bagi pemerintah daerah dan aparat keamanan, yang segera turun tangan untuk menenangkan situasi dan memastikan keamanan di wilayah tersebut. Namun, meskipun pihak keamanan sudah bertindak, perpecahan sosial dan emosional yang ditinggalkan dari bentrokan ini masih harus diselesaikan.

2. Seruan Gubernur Maluku untuk Berdamai

Melihat dampak negatif yang ditimbulkan oleh bentrokan tersebut, Gubernur Murad Ismail segera turun tangan dan mengeluarkan seruan agar warga kedua desa tersebut dapat berdamai. Dalam pernyataannya, Gubernur Murad menegaskan bahwa kekerasan tidak akan menyelesaikan masalah dan hanya akan memperburuk keadaan.

“Kekerasan hanya akan melahirkan luka, baik itu luka fisik maupun luka sosial yang lebih mendalam. Kita tidak boleh membiarkan perpecahan ini berlarut-larut, karena itu hanya akan merugikan kita semua,” ujar Murad Ismail dalam pidatonya kepada media pada Selasa (9 September 2025). “Mari kita berpegang pada nilai-nilai kebersamaan dan perdamaian. Saya minta kepada warga kedua desa untuk duduk bersama dan menyelesaikan permasalahan ini dengan cara yang damai.”

Gubernur juga menekankan pentingnya dialog terbuka antara kedua pihak untuk mencari solusi terbaik yang dapat diterima oleh semua pihak. Ia juga menawarkan pihak Pemerintah Provinsi Maluku untuk memfasilitasi pertemuan antara tokoh adat, tokoh agama, serta tokoh masyarakat dari kedua desa untuk membangun pemahaman bersama dan mengakhiri permusuhan yang telah berlangsung lama.

RRI.co.id - Gubernur Hendrik Pastikan Perbuatan Menggangu Kamtibmas Tidak Ditolerir

Baca Juga: Satu Keluarga Tewas di Indramayu, Pembunuhan Berencana dengan Pipa Besi Buntut Sewa Mobil Mogok

3. Badan Sosial dan Pemerintah Daerah Siap Menjadi Mediator

Sebagai langkah konkret, Pemerintah Provinsi Maluku, melalui Badan Sosial Provinsi Maluku, siap menjadi mediator untuk memfasilitasi dialog antara kedua desa. Gubernur Murad mengharapkan, dengan adanya fasilitasi dari pemerintah, kedua belah pihak dapat mencapai kesepakatan damai yang tidak hanya mengakhiri bentrokan fisik, tetapi juga memulihkan hubungan sosial yang telah retak.

Kepala Badan Sosial Maluku, Joko Santoso, menyatakan bahwa pihaknya sudah menyiapkan tim mediasi yang terdiri dari tokoh agama, adat, dan perwakilan pemerintah untuk membantu menenangkan situasi. “Kami akan mengundang kedua pihak untuk datang dan berbicara dengan hati yang terbuka. Kami berharap melalui pendekatan yang berbasis pada kearifan lokal dan nilai-nilai sosial yang ada, perdamaian dapat tercapai,” ujar Joko Santoso.

Selain itu, pemerintah daerah juga memberikan bantuan psikologis kepada warga yang terdampak bentrokan, termasuk anak-anak dan keluarga korban, guna memulihkan kondisi emosional mereka yang mungkin terganggu akibat kejadian tersebut.

4. Dampak Kekerasan pada Masyarakat dan Lingkungan

 Desa Waisamut dan Desa Latu, yang terletak di wilayah Seram Bagian Barat, merupakan daerah dengan budaya yang kaya dan masyarakat yang sangat menjunjung tinggi nilai-nilai kerukunan dan gotong royong.

Namun, kekerasan yang terjadi telah mengoyak nilai-nilai tersebut. Banyak rumah dan fasilitas umum yang rusak akibat bentrokan, dan puluhan warga terpaksa mengungsi ke daerah yang lebih aman. Keadaan ini mempengaruhi ekonomi lokal, dengan banyaknya usaha-usaha kecil yang terdampak akibat ketegangan yang ada.

Yuliana Siahaan, seorang ibu rumah tangga dari Desa Latu, menyatakan bahwa ia sangat berharap agar bentrokan ini segera berakhir. “Kami sudah hidup dengan damai selama bertahun-tahun, kenapa harus ada kekerasan seperti ini? Saya berharap agar anak-anak kami tidak harus tumbuh dalam ketakutan,” katanya.

5. Pentingnya Peran Tokoh Adat dan Agama

Perdamaian antara kedua desa, menurut banyak pihak, sangat bergantung pada peran tokoh adat dan tokoh agama.

Ustad Ali Masykur, seorang tokoh agama setempat, menyatakan bahwa agama memiliki peran yang sangat penting dalam menyelesaikan masalah ini. “Kita harus mengingatkan diri kita bahwa kekerasan bertentangan dengan ajaran agama. Dalam agama kami, perdamaian dan kasih sayang adalah hal yang paling utama. Kami siap membantu kedua desa untuk menemukan jalan damai,” ujar Ustad Ali.

Demikian juga dengan tokoh adat, yang memiliki pengaruh besar di kalangan masyarakat setempat.

6.Gubernur Maluku Mendamaikan Dua Desa: Tugas Bersama

Perdamaian di Desa Waisamut dan Desa Latu tidak hanya menjadi tanggung jawab pemerintah atau tokoh agama dan adat, tetapi juga masyarakat secara keseluruhan. Gubernur Murad Ismail mengajak seluruh elemen masyarakat untuk bersama-sama menjaga kedamaian, serta saling membantu memulihkan hubungan yang telah terganggu. “Saya percaya, dengan gotong royong, kita bisa mengatasi masalah ini. Maluku adalah tanah yang kaya akan budaya dan kearifan lokal, kita harus memanfaatkannya untuk mengembalikan kedamaian,” imbuhnya.

7. Kesimpulan: Kekerasan Tidak Menjadi Solusi

Bentrokan yang terjadi antara Desa Waisamut dan Desa Latu menjadi pelajaran berharga bagi seluruh masyarakat Maluku. Kekerasan tidak pernah membawa kebaikan, hanya menambah penderitaan dan luka yang tidak bisa sembuh dengan mudah. Gubernur Murad Ismail dan pemerintah daerah terus berupaya Dalam hal ini, perdamaian adalah satu-satunya jalan yang dapat memulihkan kerukunan yang telah lama terjalin di Maluku.

Dior